Jakarta – Kementerian Pariwisata serta Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) menyatakan konsep pariwisata berkelanjutan (sustainable tourism) merupakan upaya untuk mencegah wisatawan lokal atau asing melakukan asusila pada area tempat wisata atau infrastruktur umum lainnya.
“Yang paling ditekankan supaya asusila bukan terjadi ada dua hal yaitu terkait aman juga nyaman,” kata Ketua Tim Kerja Pengembangan Destinasi Pariwisata Prioritas Kemenparekraf Mulyanto YS dalam konferensi pers di dalam tempat Jakarta, Jumat.
Menanggapi maraknya tren liburan pada dalam dalam kota (staycation) dalam dalam kalangan anak muda yang tersebut yang disebut berpotensi memperbanyak kasus asusila, Mulyanto memverifikasi bahwa Kemenparekraf terus memperkuat koordinasi dengan pihak pengelola serta polisi pariwisata agar ketertiban lalu nilai-nilai lokal tetap terjaga.
Hal ini sejalan dengan konsep pariwisata berkelanjutan, yang dimaksud mempunyai empat pilar yang dimaksud mana dijadikan fokus utama yaitu pengelolaan berkelanjutan (bisnis pariwisata), sektor ekonomi berkelanjutan (sosio ekonomi) jangka panjang, keberlanjutan budaya (sustainable culture) yang mana harus selalu dikembangkan lalu juga dijaga, juga aspek lingkungan (environment sustainability).
Dari pilar-pilar itu, pemerintah berupaya agar seluruh kegiatan wisata yang dimaksud yang ada dalam Indonesia dapat diminati oleh wisatawan, tak belaka untuk berlibur, tetapi juga memperhatikan protokol berwisata yang tersebut dimaksud berkaitan dengan kesehatan, keamanan, kenyamanan, juga kelestarian alam.
Mulyanto pun menekankan dalam menjaga kearifan lokal tetap terjaga, pemerintah bukan ada belaka mencegah tindakan asusila yang dilaksanakan oleh oknum tidaklah bertanggung jawab saja, tetapi juga dijalankan terhadap hambatan carbon offset yang jadi salah satu fokus Kemenparekraf.
Selanjutnya, pariwisata berkelanjutan juga diharapkan dapat memperbaiki posisi pariwisata bangsa dalam skala global yang digunakan digunakan berdasarkan data Travel and Tourism Competitiveness Index (TTCI) 2022, Indonesia menduduki peringkat 32 negara dari ratusan lebih tinggi besar negara yang digunakan mana ada di tempat tempat dunia.
"Perlu diperhatikan ada beberapa indikator yang yang masih rendah, misalnya environment sustainbility (lingkungan yang tersebut hal tersebut berkelanjutan), itu kita malah di dalam tempat peringkat 69, jadi ini memang sedikit mencengangkan," ujarnya.
Menurut dia, kehadiran konsep itu dapat membuktikan, jika pengerjaan pariwisata di area dalam Indonesia dapat difokuskan untuk mengejar kualitas, dibandingkan kuantitas baik dari segi pengelolaan destinasi wisata maupun wisatawan yang dimaksud datang.
Mulyanto menambahkan pemerintah selama ini juga turut memantau tiap kegiatan atau acara yang dimaksud diselenggarakan kemudian menjalin kerja sejenis yang dimaksud baik bersama kelompok-kelompok pariwisata yang digunakan yang disebut ada di area dalam daerah.
“Kita juga memperhatikan kualitas utilitasnya seperti apa, kemudian juga praktiknya. Bukan lagi memprioritaskan angka, tapi kualitasnya,” kata Analis Kebijakan Kemenparekraf itu.